Fenomena lulusan sekolah yang kesulitan membuat surat lamaran kerja menjadi cermin dari masalah yang lebih besar dalam sistem pendidikan. slot depo qris Meski telah menempuh pendidikan selama bertahun-tahun, banyak lulusan yang belum menguasai keterampilan dasar yang sangat dibutuhkan di dunia nyata. Salah satunya adalah kemampuan menyusun surat lamaran kerja yang baik dan benar. Ini bukan sekadar soal tata bahasa, tapi menyangkut kesiapan menghadapi kehidupan setelah bangku sekolah.
Sekolah Fokus pada Teori, Bukan Kebutuhan Praktis
Banyak kurikulum di sekolah lebih menitikberatkan pada penguasaan materi akademik seperti matematika, fisika, atau sejarah. Pelajaran semacam Bahasa Indonesia sekalipun, seringkali hanya berputar pada analisis teks sastra atau aturan tata bahasa, tanpa menyentuh konteks nyata seperti menyusun surat lamaran kerja, membuat portofolio, atau menulis email profesional.
Hal ini membuat siswa mungkin saja mahir menghafal struktur kalimat, tapi tetap bingung ketika diminta menyusun dokumen resmi. Padahal, kemampuan ini sangat krusial ketika mereka memasuki dunia kerja atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Ketimpangan antara Dunia Sekolah dan Dunia Nyata
Ada jurang besar antara apa yang diajarkan di sekolah dan apa yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Menulis surat lamaran, membuat CV, menghadiri wawancara kerja, hingga memahami etika komunikasi digital seringkali tidak masuk ke dalam silabus pendidikan formal.
Akibatnya, lulusan sekolah memasuki dunia kerja dengan keterampilan yang belum lengkap. Mereka harus belajar ulang dari awal, atau bergantung pada pelatihan tambahan di luar sekolah. Ini menciptakan ketimpangan, terutama bagi mereka yang tidak memiliki akses ke pelatihan lanjutan atau bimbingan karier.
Surat Lamaran Bukan Sekadar Surat
Surat lamaran kerja mencerminkan lebih dari sekadar keinginan melamar pekerjaan. Di dalamnya terdapat kemampuan menyampaikan maksud secara tertulis, memilih diksi yang tepat, dan menunjukkan pemahaman tentang posisi yang dilamar. Kemampuan ini tidak muncul dalam semalam. Ia dibentuk melalui pembiasaan menulis yang relevan dan diarahkan, serta pemahaman konteks sosial dan profesional.
Jika sekolah tidak memberikan ruang untuk melatih hal-hal seperti ini, siswa akan kesulitan menerapkannya ketika dibutuhkan. Terlebih di era digital saat ini, komunikasi tertulis menjadi semakin penting dalam banyak aspek kehidupan.
Peran Sekolah dalam Mempersiapkan Kehidupan Nyata
Sekolah seharusnya menjadi tempat persiapan menuju dunia nyata, bukan sekadar tempat mencetak nilai ujian. Pembelajaran perlu mengakomodasi keterampilan hidup (life skills), termasuk menulis surat lamaran, menyusun CV, mengatur keuangan pribadi, hingga memahami hak dan kewajiban pekerja.
Kurikulum yang terlalu teoritis dan seragam sering mengabaikan kebutuhan praktis yang justru sangat esensial. Tanpa penyesuaian, lulusan hanya memiliki ijazah, tapi belum tentu siap untuk menghadapi dunia yang kompleks dan penuh tuntutan.
Kesimpulan
Ketika lulusan sekolah belum bisa menyusun surat lamaran kerja dengan baik, masalahnya bukan pada siswa semata. Ini adalah sinyal bahwa sistem pendidikan masih belum sepenuhnya selaras dengan kebutuhan hidup nyata. Sekolah yang terlalu fokus pada teori, tanpa membekali siswanya dengan keterampilan praktis, berisiko melahirkan generasi yang bingung ketika menghadapi kenyataan. Memasukkan pelatihan keterampilan dasar ke dalam kurikulum bukan sekadar tambahan, tetapi sebuah kebutuhan mendesak agar pendidikan benar-benar menjadi bekal untuk hidup, bukan hanya untuk lulus.