Dalam menentukan jurusan kuliah, banyak siswa dihadapkan pada dua pilihan yang sering kali bertentangan: jurusan impian orang tua dan bonus new member jurusan yang menawarkan banyak beasiswa. Fenomena ini umum terjadi di berbagai keluarga, terutama di Indonesia, di mana keputusan pendidikan masih sangat dipengaruhi oleh harapan keluarga.
Tekanan Orang Tua dan Harapan Sosial
Sebagian besar orang tua cenderung mendorong anak-anak mereka untuk memilih jurusan yang dianggap “aman”, memiliki prospek kerja jelas, dan bergengsi. Jurusan seperti Kedokteran, Hukum, Teknik, dan Akuntansi adalah contoh umum. Pilihan ini seringkali didasari oleh pengalaman pribadi orang tua, pandangan sosial, atau keinginan untuk memberikan masa depan yang stabil bagi anak.
Namun, tak jarang keinginan orang tua tidak sejalan dengan minat dan kemampuan anak. Hal ini bisa menimbulkan tekanan psikologis, bahkan menyebabkan mahasiswa merasa tidak bahagia, kehilangan motivasi belajar, hingga drop out.
Realita Beasiswa di Jurusan Tertentu
Di sisi lain, banyak program beasiswa ditawarkan untuk jurusan-jurusan yang justru kurang populer di mata masyarakat umum, seperti Pendidikan, Sastra, Agrikultur, Lingkungan, atau Keperawatan. Lembaga penyedia beasiswa, baik dari pemerintah maupun swasta, sering kali menyalurkan dana untuk jurusan-jurusan yang dianggap mendukung pembangunan berkelanjutan, kebutuhan tenaga kerja lokal, atau pengembangan wilayah tertentu.
Misalnya, LPDP lebih banyak memberi kuota beasiswa untuk jurusan-jurusan seperti pendidikan, teknologi ramah lingkungan, dan kesehatan masyarakat, bukan hanya jurusan mainstream seperti Manajemen atau Hukum. Hal ini tentu membuka peluang besar bagi siswa yang mau sedikit lebih fleksibel dalam menentukan jalur pendidikannya.
Antara Keinginan dan Kesempatan
Persoalan ini sebenarnya bukan tentang memilih antara dua kutub yang berseberangan, melainkan mencari titik temu. Siswa perlu mendiskusikan dengan orang tua mengenai minat pribadi, potensi diri, dan peluang yang tersedia dari sisi finansial, termasuk beasiswa. Jika jurusan impian orang tua tidak tersedia beasiswa dan keluarga tidak mampu secara ekonomi, maka memilih jurusan alternatif yang didukung beasiswa bisa menjadi solusi bijak.
Penting juga untuk menekankan bahwa keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh jurusan. Sikap, keterampilan, dan semangat belajar adalah faktor utama dalam meraih karier yang sukses. Banyak contoh orang yang sukses di luar jurusan kuliahnya karena mampu melihat peluang dan terus belajar.
Membangun Kompromi dan Masa Depan
Langkah ideal adalah membangun komunikasi dua arah. Orang tua perlu membuka diri terhadap informasi terkini tentang peluang pendidikan, termasuk beasiswa, sedangkan siswa harus mampu menjelaskan alasannya secara logis dan rasional. Konsultasi dengan guru BK, alumni, atau konselor pendidikan bisa menjadi penengah yang objektif.
Jika memungkinkan, cari jurusan yang menjadi titik tengah antara minat anak dan harapan orang tua, lalu cari tahu apakah ada program beasiswa untuk jurusan tersebut. Di era digital ini, informasi sangat mudah diakses dan pilihan semakin luas, bahkan banyak jurusan hybrid seperti “Teknologi Pendidikan”, “Psikologi Bisnis”, atau “Teknik Lingkungan” yang bisa memenuhi kedua sisi.
Memilih jurusan kuliah bukan hanya soal minat atau harapan, tapi juga strategi masa depan. Jurusan yang banyak tersedia beasiswa bisa jadi jalan keluar untuk anak-anak yang tidak punya banyak pilihan dari sisi finansial. Sementara keinginan orang tua tetap bisa dihormati dengan komunikasi dan kompromi. Pada akhirnya, keputusan terbaik adalah yang mempertimbangkan minat, peluang, dan realitas.